Breaking News

Belajar Forex

Analisis Forex

Indikator Forex

Strategy Trading

Selasa, 14 Februari 2017

Bollinger Bands


Diciptakan oleh John Bollinger pada awal 1980 an untuk membantu membandingkan Volatilitas dan harga relatif dalam satu periode analisis. 

Bollinger bands sendiri sebenarnya terdiri atas tiga buah garis yang membentuk semacam sabuk pembatas terhadap pergerakan harga. Namun dalam penerapannya garis tengah Bollinger Bands seringkali tidak ditampilkan karena memang garis tengah tersebut hanyalah garis Moving Averages biasa. 

Perhatikan gambar berikut :




Bollinger Bands sendiri bentuknya menyerupai sabuk yang menjadi pembatas pergerakan harga. Dapatkah Anda menemukan sesuatu pada gambar diatas ? Ya benar. Apabila terjadi ketidak seimbangan antara demand dan supply, maka Bollinger Bands akan lebih melebar dibandingkan kondisi seimbang.
Sebagai contoh dari gambar diatas, terjadi keadaan dimana supply lebih banyak dari demand sehingga membuat harga turun dari 1.2185 menuju 1.2071 (114 point), maka sabuk bolinger akan lebih melebar karena memang laju harga sedang meningkat. Bandingkan dengan keadaan dimana demand dan supply cenderung sama seperti pada pukul 12.00 dan setelahnya. Jika terjadi keseimbangan yang artinya pasar akan bergerak dalam kondisi sideways maka Bollinger Bands akan lebih menyempit dari biasanya karena memang laju harga tidak secepat ketika uptrend atau down trend.
Sebagai volatility indicator, sebenarnya Bollinger Bands tidak dapat berdiri sendiri. Indikator ini biasanya digunakan hanya sebagai indikator awal untuk mengukur harga relatif dan volatility. (volatile = mudah berubah – volatility = tingkat kecepatan dalam berubah). Bollinger Bands bukanlah indikator action, jadi disarankan jika menggunakan indikator satu ini, gunakan juga indikator lain sebelum mengambil keputusan untuk buy atau sell. 

Formulasi Matematis

Seperti telah diterangkan diatas, Bollinger Bands pada dasarnya terdiri dari tiga garis. Yang timbul pada pikiran kita tentunya dari mana garis-garis ini berasal bukan ? Nah, berikut penjelasannya:
  • Uper band    = Simple Moving Average + (faktor pengali x standar deviasi
  • Middle band = Simple Moving Average
  • Lower band  = Simple Moving Average – (faktor pengali x standar deviasi)


Faktor pengali = [0.6174 x ln (periode Bollinger Bands)] + 0.1046
Untuk faktor pengali, biasanya digunakan angka 2 dibandingkan penggunaan rumus diatas. 
Standar deviasi merupakan perhitungan statistik biasa yang digunakan untuk mengukur besarnya penyimpangan pada tiap-tiap data.
Rumusnya adalah sbb:


dengan : Xi = data ke i


X = rata-rata
Data yang kita gunakan dalam perhitungan ini bukan hanya closed price saja seperti pada SMA biasa. Pada Bollinger Bands, data yang dipakai adalah gabungan antara high, low dan closinng price. Ada dua jenis pengambilan data pada middle band yaitu dengan memakai Typical Price dan Weighted Price.



Namun biasanya yang paling sering digunakan adalah typical price.
Tapi saya rasa Anda perlu tahu dari mana Bollinger Bands number ini keluar karena paling tidak jika Anda memiliki basic cukup kuat dalam statistik, Anda akan mampu menginterpretasikan Bollinger Bands dengan lebih baik setelah mengetahui karakter matematisnya .
Karakter Bollinger Bands
Setiap indikator tentulah punya karakter masing-masing. Begitu juga dengan indikator satu ini. Satu hal yang unik yang dimilikinya adalah Bollinger Bands memampukan tiap-tiap orang menginterpretasikan indikator ini dengan caranya masing-masing. Bahkan John Bollinger sendiri, pencipta indikator ini mengatakan bahwa hal yang paling menarik dalam analisa menggunakan Bollinger Bands adalah memperhatikan bagaimana setiap orang menggunakannya. Meski ada beberapa aturan baku dalam Bollinger Bands, tetapi bisa saja trader satu dengan trader lainnya memiliki cara yang berbeda dan penggunaan yang berbeda dalam memakai Bollinger Bands. Berikut adalah karakter umum yang berlaku pada Bollinger Bands :
  • Bollinger Bands adalah indikator awal yang tidak dapat dipakai sebagai indikator action.Harus diapakai bersama indikator lainnya. Tentukan salah satu indikator yang terbaik bagi Anda sebagai indikator action, namun jangan memakai indikator action lebih dari satu. Beberapa indikator action yang baik adalah RSI, Stochastic ataupun momentum. Terserah Anda.
  • Pada umumnya harga akan bergerak dalam sabuk, namun demikian dapat juga harga bergerak diluar dari sabuk. Ini dapat berarti akan terjadi reversal atau malah sebaliknya penguatan trend yang sedang berlangsung. Untuk mengetahuinya kita dapat melihat indikator action yang kita pakai.
  • Penentuan periode dalam Bollinger Bands juga berpengaruh disini. Semakin kecil periode yang dipakai maka lebar sabuk akan semakin kecil dan demikian sebaliknya. 

Jika Bollinger Bands kita gabungkan dengan RSI, demikian hasilnya:
  • Bila harga berada diluar upper band atau sama, sementara RSI masih berada dibawah zona overbought, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea overbought dan sedang meninggalkan area overbought, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan.
  • Bila harga berada diluar lower band atau sama, sementara RSI masih berada dibawah zona oversold, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea oversold dan sedang meninggalkan area oversold, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan
Nah, mari kita lihat gambar berikut:



Perhatikan area yang dilingkari dan besar smoothing RSI. Pada 1.1932, besar smoothing RSI adalah 39.9429 dan harga telah menembus upper band dua kali secara berturut-turut. Ini mengindikasikan bahwa akan terjadi penerusan trend yang baru saja dimulai. Dalam kenaikan harga, tercatat beberapa kali juga harga menembus upper band namun RSI belum juga meninggalkan overbought area. Ini berarti trend masih akan terus terjadi sampai RSI meninggalkan overbought area.

Sekarang bandingkan dengan gambar berikut ini : 



Pada area yang dilingkari smoothing RSI bernilai 31.7379 dan harga telah menembus lower band tiga kali dengan bullish candle. Dengan demikian diperkirakan akan terjadi pembalikan trend seperti terlihat pada candle berikutnya. Kenapa saya dapat memberikan perkiraan bahwa akan terjadi pembalikan trend dari bearish menuju bullish? Itu karena selain indikator action saya menunjukan harga telah meninggalkan oversold area dan mengarah menuju overbought area.

Dapat disimpulkan dari penggunaan contoh disini, sebenarnya pemaduan Bollinger Bands dengan indikator lainnya dapat kita lakukan bila kita memahami penggunaan indikator lain tersebut dengan benar. Penggunaan indikator yang tepat akan menghasilkan keputusan yang saling menguatkan dan menunjang sehingga diperoleh berbagai keuntungan. Semakin kita memahami penggunaan indikator action maka semakin besar kesempatan kita memanfaatkan Bollinger Bands sebagai volatilitiy indicator.

Pemakaian Bollinger Bands

Walaupun Bollinger tidak dapat digunakan sendiri, namun ada beberapa indikasi open Buy/Sell yang masih kita bisa peroleh melalui Bollinger Bands terutama melalui middle band. Ingat, pada dasarnya middle band adalah indikator Simple Moving Average. Ini berarti apa yang berlaku pada SMA juga berlaku pada middle band:
  • Middle band berada di bawah harga, maka ini mengindikasikan Bullish trend.
  • Middle band berada di atas harga, indikasi Bearish trend.
  • Perpotongan antara middle band dan harga, indikasi peralihan trend.


Double bottom buy. Ini akan terjadi ketika harga menembus lower band dua kali berturut-turut. Adanya double bottom merupakan indikasi akan terjadi peningkatan harga. Namun untuk memastikannya, diperlukan konfirmasi harga menembus middle band. Jika telah menembus middle band, maka bisa diperkirakan akan terjadi uptrend dimana kita harus membuka posisi buy. 



Kebalikan dari double bottom buy adalah double top sell yaitu keadaan dimana harga menembus upper band dan divalidasi dengan penembusan middle band juga. Ini berarti akan terjadi penurunan harga dimana kita harus membuka posisi sell terlebih dahulu guna memperoleh keuntungan.





Read more ...

Senin, 13 Februari 2017

Parabolic SAR


Sejarah
Indikator Parabolic SAR dibuat oleh "J. Welles Wilder. Jr", seorang trader profesional, sekaligus pembuat indikator-indikator lain sepanjang sejarah. 
J. Welles Wilder. Jr lahir pada tahun 1935 di desa Norris, NT, sebuah desa kecil di kota White, Amerika Serikat. Saat terjadi depresi besar beliau dan keluarga berpindah-pindah negara hingga 3 tahun lamanya, sebelum akhirnya menetap di Greenshboro, Amerika Serikat. Tahun 1986, Wilder memiliki rumah baru di Selandia Baru. Beliau bekerja sebagai insinyur mekanik, jurnalis, teknisi pasar, penemu indikator, dan sistem dasar perdagangan.

Awal pembuatan Parabolic SAR dimulai dari tahun 1972. Wilder mulai mengalihkan karirnya ke pasar komoditas. Saat itu beliau fokus pada pengembangan formula matematika yang bisa digunakan untuk sistem perdagangan leverage. Semenjak itu, beliau mulai membuat sebuah karya buku dalam judul "New Concepts in Technical Trading System" menjabarkan formula tersebut. Dari formula itu, diketahui indikator yang kemudian disebut Parabolic mampu mengetahui trend dan jenuh pasar. Dari situlah perkembangan Parabolic SAR dimulai. Karya buku Wilder resmi dipubliskasikan pada tahun 1987. 
Dalam perkembangannya dikemudian hari, Parabolic SAR menjadi salah satu indikator efektif dalam menentukan kondisi market yang sedang trend (trending market) bersama dengan fasilitas yang bernama Trailing Distance yang banyak disediakan pada berbagai platform forex trading.


Dasar Perhitungan Parabolic SAR

Dari mana titik-titik SAR diperoleh ? 
Ini perhitungan Parabolic SAR :
Rumus Parabolic SAR, 



Keterangan :
  • SARn+1 = nilai SAR hari besok
  • SARn = nilai SAR hari ini
  • EP = Extreme Point ; merupakan rekaman yang disimpan selama setiap trend yang menunjukkan nilai harga tertinggi atau terendah
  • a = faktor akselerasi (step); faktor ini akan meningkat 0,02 setiap  waktu saat nilai EP diperbaharui.

Titik SAR selalu berada di arah yang berlawanan dengan pergerakan harga, apabila harga sedang berada dalam trend naik, maka titik SAR akan berada di bawah dan sebaliknya apabila harga bergerak turun titik SAR berada di atas. Jadi dengan demikian titik EP bergantung sekali dengan arah pergerakan harga pada saat ini. Apabila titik SAR sebelumnya berada dibawah batang maka harga yang diambil adalah highest price dan sebaliknya.


Interpretasi Parabolic SAR.

Kegunaan Parabolic SAR sama persis dengan Moving Average atau trend indicator lainnya. Hanya saja Wilder menciptakan indikator ini untuk mengeliminir kekurangan MA yaitu sifatnya yang membentuk kurva sehingga sering kali terjadi mis interpretasi. Dengan SAR yang berupa titik, trend naik atau turun menjadi kelihatan lebih pasti dan tidak lagi menimbulkan salah tafsir.

Pada SAR, ketika harga sedang dalam trend naik, maka titik SAR berada dibawah dari pergerakan harga. Sebaliknya ketika market sedang dalam trend turun maka titik SAR berada di atas dari pergerakan harga. Perhatikan gambar berikut :



Pada gambar diatas tampak titik SAR berada diatas bar yang menunjukkan bahwa harga sedang berada dalam trend turun. Sekarang perhatikan gambar dibawah ini :


Kelebihan Parabolic SAR adalah tampilannya yang berupa titik sehingga dengan demikian memudahkan seseorang dalam membaca keadaan market. Trader cukup melihat dimanakah posisi titik SAR apakah dibawah atau diatas dari bar untuk mengetahui trend yang sedang terjadi.

Lebih dari itu, semakin jauh jarak antara titik SAR dengan harga tertinggi atau terrendah dari bar, itu menandakan semakin kuat trend naik/turun yang terjadi.

Penggunaan Parabolic SAR

Setelah mengetahui bagaimana caranya membaca Parabolic SAR, kini menjadi lebih mudah untuk menggunakannya untuk melakukan aksi buy, sell atau hold. Sangat disarankan untuk menggunakan SAR bersama indikator lainnya (saya pribadi menyarankan menambahkannya dengan indikator yang bersifat oscillator seperti Stochastic atau RSI).

Ini disebabkan sama halnya dengan trend indicator lainnya, seringkali indikator jenis ini lamban dalam mengakomodasi perubahan harga. Demikian juga dengan SAR. Itu sebabnya disarankan untuk menambahkan oscillator yang cenderung lebih cepat sehingga keduanya dapat saling mengimbangi. SAR dapat mengurangi kecepatan Oscillator sedangkan Oscillator dapat berlaku sebaliknya.

Mari kita perhatikan gambar berikut ini:


Pada area yang dilingkari dengan warna ungu merupakan titik konfirmasi kedua indikator menunjukkan arah yang sama. Stochastic memberikan sinyal bahwa harga sedang berada dalam trend naik dan titik SAR juga sedang berada dibawah yang artinya juga menunjukkan harga bergerak naik. Aksi buy dapat dilakukan dalam keadaan ini. Lingkaran ungu kedua disebelah kanan juga menunjukan kasus yang sama namun lebih baik lagi hasilnya karena rupanya titik SAR dan Stochastic menunjukkan kondisi uptrend namun dalam keadaan dimana uptrend baru saja dimulai. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh bisa jauh lebih besar dibandingkan lingkaran ungu yang pertama.

Anda dapat memadukan SAR dengan indikator-indikator lainnya seperti dengan MACD atau dengan RSI bergantung indikator mana yang terbaik dan cocok dengan gaya trading Anda sehari-hari. Harap diingat disini bahwa setiap trader memiliki indikator kesukaannya masing-masing.



Rekomendasi Setting
Rekomendasi setting untuk indikator Parabolic SAR adalah sebagai berikut :
  • Input Step : 0,03
  • Input Maxsimum : 2.0


Parabolic SAR dan Stop Loss

Kita masuk dalam bahasan kegunaan SAR yang cukup unik. Bahkan hanya SAR yang memiliki kemampuan seperti ini yaitu kegunaan SAR sebagai penentu titik Stop Loss. Ingat bahwa SAR merupakan kependekan dari Stop and Reverse yang kurang lebih artinya berhenti lalu berbalik arah.

Titik SAR bukan saja dapat digunakan sebagai penentungan Stop Loss (sangat disarankan bertrading menggunakan Stop Loss), maka kabar baiknya titik SAR dapat digunakan sebabagi titik Stop Loss.

Beberapa trader pemula kebanyakan sangat membenci fasilitas yang satu ini yaitu Stop Loss. Alasannya adalah karena jika mereka memasang Stop Loss maka kerap kali posisi mereka menyentuh titik Stop yang artinya adalah kerugian bagi mereka. Akhirnya mereka lebih memilih untuk membiarkan harga terfloating dengan santainya sambil menunggu “malam berakhir” dan “pagi bersinar” alias harga berbalik arah sehingga posisi negatif mereka berganti dengan positif. 

Kabar buruknya bagi Anda yang bertrading dengan cara demikian adalah bahwa akan tiba masanya dimana mungkin malam tidak akan pernah berakhir dan pagi tak kunjung datang alias 
terkena  margin call terjadi. Ini bukan hanya satu dua kali saya lihat, tetapi sebagian besar mereka yang bertrading tanpa adanya stop loss selalu berujung pada jurang yang sama. Sesuatu yang sudah saya terangkan ribuan kali kepada setiap investor pemula yang herannya sangat jarang dipatuhi. 

Ingat, Stop Loss ada bukan untuk membuat Anda merugi. Dia ada untuk membatasi kerugian Anda dan menjauhkan diri Anda dari mimpi buruk yang bernama margin call. Tentu Anda tidak ingin bertrading hanya satu-dua kali lalu kemudian hancur lebur hanya karena adanya satu posisi yang salah. Tidak ada satu pun trader yang tidak pernah salah dalam menentukan posisi. Bahkan saya pun kerap kali terperosok dikarenakan kesalahan posisi. Tidak masalah berapa kali Anda salah dalam menentukan posisi yang penting adalah secara agregat Anda tetap profit !

Perhatikan gambar dibawah ini :




Saya telah membubuhkan garis berwarna biru dan menariknya secara horizontal pada pricing scale. Lingkaran merah merupakan awal aksi buy kita lakukan. Namun lebih dari itu, Anda dapat menempatkan titik Stop Loss sesuai dengan titik SAR yaitu di harga 1.8834. Dengan demikian jika suatu waktu nanti harga bergerak turun menuju 1.8834 maka posisi Anda akan ditutup otomatis untuk menghindari rugi berlebihan. Anda juga dapat menggunakan fasilitas SAR ini dengan memadukannya pada fasilitas trailing distance pada platform. Berbeda denga Stop Loss yang bersifat statis dan tidak dapat bergeser secara otomatis, trailing merupakan Stop Loss yang dinamis atau dapat bergerak mengikuti pergerakan harga.

Contohnya pada gambar diatas, apabila Anda membuka posisi Buy pada harga 1.9000 itu artinya terdapat jarak 166 point dengan titik Stop mula-mula Anda (1.9000 -1.8834. Itu artinya Anda dapat menentukan bahwa jarak Stop Anda tidak boleh lebih dari 166 point jika Anda menggunakan Traling Distance sebagai fasilitas Stop Anda. Jika suatu saat harga bergerak naik ke 1.9200 maka secara otomatis Stop Loss Anda akan bergeser ke 1.9034 alias tetap berjarak 166 point jika Anda menggunakan Stop Loss dengan Trailing Distance.
Sebagian besar platform forex trading menyediakan fasilitas trailing ini kepada nasabahnya. Jika Anda adalah seorang SAR user, mungkin Anda perlu menggunakan fasilitas ini.

Pantangan pada Parabolic SAR
Kita sudah mempelajari berbagai aspek indikator ini. SAR sangat efektif digunakan dalam berbagai kondisi trending market. Namun ada saat dimana SAR menjadi tidak efektif dan tidak dapat digunakan sebagai indikator utama.
Kapankah itu ?
Tepatnya saat market sedang bergerak dalam situasi sideways atau tidak adanya trend pergerakan harga. Kondisi sideways ditandai dengan rapatnya jarak antara titik SAR dengan highest/lowest price yang ada. Kondisi sideways yang lebih buruk ditandai dengan berpindah-pindahnya titik SAR diatas dan dibawah bar sehingga menyulitkan kita dalam membuka posisi. Itu sebabnya mengapa dari awal saya menyarankan menggunakan SAR beserta indikator lainnya sebagai penutup kekurangan SAR.
Perhatikan gambar berikut:



Jikalau Anda menggunakan trend indikator berbentuk kurva seperti Moving Average maka akan nampak MA akan bergerak saling membelit diantara 2 periode yang berlainan. Begitu juga dengan Stochastic.
Situasi sideways ini biasanya terjadi ketika market sedang tutup atau para pelaku pasar sedang menunggu berita penting yang akan segera muncul. Pembukaan posisi memang disarankan untuk tidak dilakukan pada saat sideways. Kecuali Anda bersedia menunggu cukup lama dan mental yang cukup kuat melihat posisi terfloating begitu lama.
Happy Trading !

Read more ...

Minggu, 05 Februari 2017

Belajar Forex


Pengenalan Pasar Dan Dasar Forex

Apa itu Trading Forex ?


Trading Forex adalah perdagangan mata uang dari negara yang berbeda satu sama lain. Forex ini adalah singkatan dari Foreign Exchange. Sebagai contoh, di Eropa mata uang beredar disebut Euro (EUR) dan di Amerika Serikat, mata uang yang beredar disebut Dolar US (USD). Sebuah contoh dari perdagangan forex adalah untuk membeli Euro, sementara secara bersamaan menjual US Dollar. Hal ini disebut akan disingkat EUR / USD. 

Sementara, yang namanya Pasar Forex adalah non-stop di mana terdapat mata uang negara-negara yang diperdagangkan itu, biasanya melalui broker. Mata uang asing yang terus-menerus dan secara simultan dibeli dan dijual di pasar lokal dan global kemudian mengalami 'kenaikan atau penurunan nilai didasarkan pada pergerakan mata uang. Kondisi pasar dapat berubah sewaktu-waktu dalam menanggapi peristiwa peristiwa baik itu ekonomi, politik, perang, bencana, yg khususnya terjadi di negara-negara dengan ekonomi maju dan kuat.

Pasar Forex sering disebut juga pasar valuta asing, ini merupakan pasar perdaganan yang uang paling besar. Teramat besar sehingga sangat liquid(bisa jual dan beli dengan rate seperti di pasaran berapapun jumlahnya).

Tidak seperti pasar tradisional,sebagian besar perdagangan dilakukan melalui melalui jaringan perdagangan elektronik. Tidak ada lokasi pusat perdagangan yg khusus. Pasar valuta asing memungkinkan perusahaan, bank dan lembaga keuangan lainnya untuk membeli dan menjual mata uang asing, dalam jumlah besar.
Pelaku pasar yang utama adalah pasar "antar bank" dimana bank-bank, perusahaan besar dan lembaga-lembaga keuangan besar mengelola risiko yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar mata uang.

Secara umum, Pelaku pasar forex berasal dari berbagai golongan diantaranya:

  • Pelanggan, seperti perusahaan multinasional, berpartisipasi dalam pasar forex karena mereka membutuhkan mata uang asing untuk perdagangan mereka di negara-negara lain. Seperti misalnya, sebuah perusahaan tertentu yang berbasis di Inggris perlu menggunakan pasar valas untuk membeli mata uang yang mereka butuhkan untuk membayar perusahaan mitra mereka di negara lain yang menjual alat-alat berat.
  • Bank dan Institusi Keuangan, adalah peserta yang paling aktif di pasar forex. Mereka berurusan dengan lembaga keuangan lainnya untuk meminta nilai tukar asing mereka dan mereka dapat membeli mata uang yang mereka butuhkan di pasar forex. Selain bank sentral dan pemerintah, salah satu pelaku terbesar dalam transaksi forex adalah bank. Interbank market adalah pasar di mana bank2 besar bertransaksi di antara mereka dan menentukan harga mata uang menjadi seperti yg terlihat oleh trader individual seperti kita di layar komputer. Bank, pada umumnya, bertindak sebagai dealer yang buy/sell mata uang pada harga bid/ask-nya. Salah satu cara bank-bank ini mendapat uang adalah menjual mata uang dengan harga lebih tinggi daripada yang dia beli kepada nasabahnya. Karena pasar forex tidak terpusat alias decentralized, maka hal yang wajar melihat bank satu dengan bank lainnya punya sedikit perbedaan dalam nilai tukarnya 
  • Broker adalah perusahaan dengan link perangkat lunak komputer atau saluran telepon kepada bank-bank di seluruh dunia. Ini adalah pekerjaan dari broker forex untuk mengetahui bank apa yang memiliki tingkat tertinggi untuk membeli mata uang dan bank apa yang memiliki tingkat terendah untuk menjual mata uang. Dengan menggunakan broker memungkinkan bagi bank untuk menemukan kesepakatan terbaik yang tersedia di dunia. perusahaan pialang Forex, namun ini tidak berhubungan dengan uang sendiri tetapi hanya biaya komisi untuk jasa mereka.
  • Pemerintah, adalah pelaku forex yang paling berpengaruh, disamping bank sentral. Di banyak negara, bank sentral merupakan kepanjangan tangan pemerintah dan menjalankan kebijakannya bersama-sama dengan pemerintah. tetapi, beberapa pemerintah merasa semakin independen. Sebuah bank sentral semakin efektif dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan perekonomian. Terlepas dari seberapa indipendennya sebuah bank sentral, perwakilan pemerintah biasanya secara teratur berkonsultasi dengan perwakilan bank sentral untuk mendiskusikan kebijakan moneter. Jadi, pemerintah dan bank sentral biasanya sudah satu paket dalam hal kebijakan moneter. Bank sentral ini seringkali mengintervensi pasar demi tujuan ekonomi tertentu negaranya.
  • Pelaku Bisnis, adalah salah satu klien terbesar bank-bank ini, mereka yang terlibat dalam transaksi internasional. Baik pelaku bisnis ini menjual barang ke klien internasional atau membeli barang dari supplier internasional, mereka harus berhadapan dengan volatilitas fluktuasi mata uang. Ketidakpastian menjadi hal yg dibenci oleh manajemen maupun pemilik bisnis. Berhadapan dengan risiko foreign exchange adalah masalah besar bagi perusahaan multinasional. Sebagai contoh: sebuah perusahaan di Jerman memesan peralatan dari pabrik di Jepang yang harus dibayar dalam Yen 1 tahun dari sekarang. Karena nilai tukar dapat berfluktuasi dg liar sepanjang tahun itu, maka perusahaan Jerman ini tidak akan tahu apakah nantinya akan mengeluarkan Euro lebih banyak atau tidak pada saat pengiriman nanti. Salah satu cara bagi pebisnis untuk mengurangi ketidakpastian karena risiko foreign exchange ini adalah pergi ke spot market dan bertransaksi langsung untuk mata uang asing yang mereka butuhkan. Tetapi, sayangnya pebisnis mungkin tidak punya cukup uang di tangan untuk membuat transaksi spot atau tidak ingin memegang jumlah mata uang asing yg sangat banyak untuk waktu yang lama. Karenanya pebisnis seringkali menerapkan hedging strategy untuk me-lock mata uang tertentu pada posisi harga tertentu untuk keperluan di masa mendatang.
  • Spekulan, mereka bukannya men-hedging supaya tidak kena pergerakan harga untuk alasan transaksi internasional, spekulan berusaha mendapatkan uang dengan mengambil keuntungan dari fluktuasi harga. Salah satu spekulan yang paling terkenal mungkin George Soros. Milioner yang sangat dikenal untuk spekulasi pada penurunan British Pound yang menghasilkan uang 1.2 milliar dollar kurang dari sebulan! Beberapa pengkritik mengatakan bahwa orang-orang seperti ini bertanggung jawab atas krisis keuangan asia akhir 90-an.

Tujuan Trading Forex

Secara sederhana dan pada dasarnya, tujuan kita trading adalah untuk meraih profit atau keuntungan. Jadi inilah yang nantinya menjadi salah satu tujuan akhir dan utama dalam proses belajar kita. Anda bisa meraih profit tak terhingga dalam waktu yg cepat dalam trading forex, namun hal ini seperti pedang bermata dua, Anda juga bisa bangkrut mendadak, jadi bijak dan hati-hatilah
Dalam perjalanan menjadi trader sukses biasanya tanpa disadari Anda akan mendapat dan berubah menjadi figur yg lebih desiplin, sabar, penuh perhitungan, dan dapat mengontrol diri dengan baik. Karena Anda tidak mungkin memperoleh profit yg stabil tanpa itu semua.
 

Kapan Anda bisa trading forex ?

Trading Dapat dilakukan 24 jam sehari, 5 hari dalam seminggu senin s/d jumat
  • New Zealand & Australia jam 05.00 - 14.00 wib ,
  • Pasar Asia yaitu Jepang, Hongkong & Singapura jam 07.00 - 16.00 wib ,
  • Pasar Eropa yaitu  Jerman & Inggris jam 13.00 - 22.00 wib- 
  • Pasar Amerika jam 20.00 - 05.00 (esoknya).
Dengan interval waktu yg panjang ini, Anda dapat menyesuaikan kapan trading dengan waktu luang anda. Baik itu pagi, siang, ataupun malam. Mungkin saat ini ditempat Anda sudah larut malam dan orang-orang sudah tertidur untuk beristirahat. Namun bukankan di belahan dunia lain saat ini sedang siang hari, dimana orang-orang sedang aktif melakukan kegiatan bisnis. Maka praktis perdagangan FX ini berlangsung selama 24 non stop. Dimulai saat Senin dini hari waktu di belahan NZ/AU sampai dengan Sabtu dini hari di belahan waktu US(new york).

Resiko Forex

Forex bagaikan pedang bermata dua. Dengan forex dapat membuat kita cepat menjadi kaya, namun kebalikannya dengan sekejap juga dapat mengikikis habis modal kita. Jadi forex memiliki faktor resiko yg tinggi. Jadi pahami benar resiko dalam forex dan jangan sampai salah langkah.

Kesimpulan

  • Forex memperdagangkan khusus mata uang negara.
  • Forex adalah pasar uang terbesar dan paling liquid di dunia.
  • Forex bisa dilakukan kapan saja.
  • Dengan perkembangan terkini(Internet) maka trading forex bisa dilakukan secara online(dimanapun).
  • Forex bisa cepat membuat Anda kaya atau miskin.
  • Karena resiko yg besar ini, Anda harus bijak dan benar mengerti forex seutuhnya sebelum Anda memutuskan terjun didalamnya.




Read more ...

Minggu, 04 Desember 2016

REVERSAL CHART PATTERNS



Head and Shoulders

Pola yang sering disingkat “HAS” ini merupakan pola yang paling populer di kalangan trader. Sesuai dengan namanya, pola ini memiliki bentuk yang menyerupai bagian tubuh manusia, yaitu “kepala” dan “bahu”. Selain karena bentuknya yang khas, pola ini menjadi sangat populer karena sangat mudah ditemui pada pergerakan harga.

Head and Shoulders, dikatakan oleh para pakar analisis teknikal, sebagai pola terkuat dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Mengutip pernyataan Thomas N. Bulkowski (dari karyanya yang berjudul Encyclopedia of Chart Patterns) yang juga menguatkan pendapat di atas, Ia menyebutkan dalam penelitiannya terhadap pergerakan 500 jenis saham selama periode 1991-1996 (lima tahun) terdapat 431 pola Head and Shoulders yang validasinya cukup meyakinkan. 25 di antaranya merupakan sinyal konsolidasi sedangkan 406 lainnya merupakan sinyal reversal. Itu artinya tingkat kegagalan yang terdapat pada pola Head and Shoulders ini hanyalah sebesar 6-7%.


Gambar di atas adalah ilustrasi pola Head and Shoulders yang di awali dengan trend naik (bullish/up-trending). Sangat penting untuk kita sebelum mengidentifikasi suatu pola, selalulah perhatikan trend yang mengiringinya.

Seperti yang sudah di bahas pada bab Trendline, pergerakan up-trending chart bisa dilihat dari “lembah-lembah” (A – C – E) dan “puncak-puncak” (Titik B – D) yang semakin lama semakin tinggi (Gambar 1). Atau istilahnya memiliki Higher Lows & Higher Highs. Pola seperti yang diilustrasikan di atas menggambarkan situasi suatu trend naik yang masih normal (titik A – D). Namun, kemudian menjadi kehilangan momentumnya; yang juga mengindikasikan adanya pelemahan dari trend yang sedang berlangsung, yaitu up-trend. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketidakmampuan harga membentuk titik puncak baru (F) yang lebih tinggi (new higher highs) dari puncak sebelumnya (D). Ketika mendapati hal seperti ini, biasanya kebanyakan dari trader akan lebih memilih untuk wait and see ketimbang ikut bertransaksi. Sehingga mengakibatkan harga semakin kehilangan kekuatannya untuk terus bergerak naik. Lembah yang terbentuk sebelum puncak tertinggi (C) dan lembah yang terbentuk sebelum puncak terakhir (E) nantinya dapat dijadikan konfirmasi lanjutan untuk kepastian pola ini. Lembah ‘C’ dan lembah ‘E’ tersebut jika kita tarik garis lurus bisa kita manfaatkan sebagai suatu support yang disebut garis leher (neckline). Dan, jika neckline tersebut berhasil ditembus, bisa dikatakan harga sudah mulai berpaling dari trend bullish menuju trend bearish.

Lalu bagaimana dengan targetnya ? Setelah neckline terkonfirmasi telah tertembus, yang menjadi target pergerakan harga selanjutnya tentu saja support yang sudah ada sebelumnya. Seperti yang sudah kita pelajari, menentukan support salah satunya bisa dengan cara manual, yaitu dengan melihat support yang ada pada riwayat harga dalam chart lalu menghubungkannya dengan garis. Namun, ada metode yang cukup menarik dalam hal ini dan dirasa cukup efektif, yaitu dengan mengukur jarak vertikal antara head (D) pada pola dengan garis leher (neckline) yang terbentuk untuk nantinya dijadikan sebagai proyeksi target (lihat Gambar 2). Lebih menariknya, ini berlaku tidak hanya pada pola Head and Shoulders, melainkan juga pada pola Chart Pattern lainnya.


Ingat ! Ini hanya berlaku untuk pola Head and Shoulder pada trend bullish yang pergerakannya jelas. Artinya, perspektivitas sangat berpengaruh dalam hal ini. Sedangkan untuk melihat trend pergerakan harga yang jelas, Anda harus menggunakan sudut pandang yang luas pula. Sudut pandang yang luas hanya bisa Anda peroleh dengan menggunakan timeframe berskala besar (Daily – Monthly). Sehingga seringkali suatu pola khususnya pola Head and Shoulders ini diidentifikasi dengan menggunakan timeframe tersebut. Walaupun memang suatu pola dapat ditemukan pada timeframe berapapun, namun tetap yang harus Anda utamakan adalah validitasnya.

Sebagai contoh, Saya akan menunjukkan grafik pergerakan harga pada bursa Dow Jones Averages Industrial. Silahkan simak gambar di bawah:

Pola Head and Shoulders yang terbentuk pada indeks Dow Jones akhir tahun 2007 – awal tahun 2008 dilihat dari timeframe mingguan (weekly charts).
Terbukti, setelah pola Head and Shoulders terkonfirmasi (neckline tertembus), harga merosot secara signifikan bahkan melebihi target yang berdasarkan proyeksi jarak Head dan Neckline-nya.

Sekadar info (bisa dibuktikan sendiri), pada gambar di atas, setelah pola tersebut terbentuk, indeks Dow Jones mengalami penurunan hebat. Entah memang kebetulan atau bagaimana, pada pergerakan Dow Jones tersebut, pola Head and Shoulders muncul bertepatan dengan resesi yang mendera Amerika Serikat pada tahun 2008 hingga akhir tahun 2009.

Inverted Head and Shoulders

Ini adalah versi lain dari pola Head and Shoulders. Bentuknya sama percis dengan pola yang sudah kita pelajari sebelumnya, namun dengan posisi yang terbalik. Jika pada Head and Shoulders sebelumnya si “kepala” menghadap ke atas, pada pola ini “kepala” atau head-nya akan menghadap ke bawah. (Seperti orang yang sedang melakukan handstand).

Sama halnya dengan Normal Head and Shoulders, pola ini pun merupakan pola terkuat dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Masih mengutip keterangan Thomas, bahwa statistik menunjukkan dalam periode yang sama (tahun 1991-1996) terjadi sebanyak 330 kali pola Inverted Head and Shoulders (lebih sedikit jika dibandingkan dengan Head and Shoulders) dan di antaranya terdapat hanya 5% tingkat kegagalan. Itu artinya, hanya terjadi sebanyak 16-17 kali sinyal konsolidasi, dan sisanya merupakan sinyal reversal.





Di atas adalah ilustrasi pola Inverted Head and Shoulders. Pola ini selalu diawali dengan pergerakan trend turun (bearish/down-trend).

Sama seperti mengidentifikasi trend pada umumnya, mengidentifikasi down-trending charts pun dapat dilihat pada “puncak-puncak” (A – C – E) dan “lembah-lembah” (B – D) yang semakin lama semakin turun. Istilahnya: Lower Highs & Lower Lows. Diilustrasikan pada gambar di atas, pergerakan down-trending yang masih normal dari titik A hingga titik D. Namun, perlahan kehilangan momentumnya yang mengindikasikan adanya pelemahan trend yang sedang berlangsung, yaitu down-trend. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketidakmampuan harga membentuk titik lembah baru (F) yang lebih rendah (new lower lows) dari lembah sebelumnya (D). Puncak yang terbentuk sebelum lembah tercuram (C) dan puncak yang terbentuk sebelum lembah terakhir (E) nantinya dapat dijadikan sebagai konfirmasi lanjutan atas pembentukan pola ini. Pada puncak C dan E tersebut, jika kita tarik garis lurus dapat kita jadikan sebagai suatu resistance yang pula disebut sebagai neckline. 

Jika neckline tersebut berhasil ditembus, bisa dikatakan harga sudah mulai berpaling dari trend bearish menuju trend bullish.

Untuk penentuan targetnya pun tidak berbeda dengan pola Head and Shoulders. Target bisa ditentukan secara manual dengan melihat riwayat harga yang mengandung resistance untuk dijadikan target atas pergerakan harga mendatang. Namun, bisa pula dengan memproyeksikan jarak “Head” (D) dan neckline untuk dijadikan target terdekat yang akan disentuh oleh harga. Seperti pada gambar berikut:


Berikut adalah contoh terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders yang Saya ambil dari pergerakan harga mata uang euro terhadap dolar:

Pola Inverted Head and Shoulders pada mata uang EUR/USD pertengahan tahun 2010 dilihat dengan timeframe harian (daily charts).

Di atas adalah contoh empiris terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders. Mata uang euro melambung tinggi terhadap dolar setelah neckline pada pola tersebut tertembus. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Euro melambung terhadap dolar setelah pola Inverted Head and Shoulders terkonfirmasi (yang dilingkari). $EURUSD mencapai nilai tertingginya pasca pembentukan pola ini pada 5 April 2011 (seperti yang ditunjukkan tanda panah).
Sekali lagi, terbukti pola ini, baik Inverted Head and Shoulders maupun yang normal, memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Yang jika pola terkonfirmasi, akan ada pembalikan arah trend yang disebut reversal. Target yang telah diproyeksikan pun tanpa perlu diurai dalam gambar terlihat telah tercapai bahkan jauh melampaui target yang telah ditentukan berdasarkan metode proyeksi.

Triple Tops

Selanjutnya adalah Triple Tops. Berbicara mengenai jenis-jenis pola yang mengandung “Top” pada penamaannya, sebenarnya pola-pola tersebut hanyalah bentuk dari adanya pergerakan harga yang stuck / tertahan pada suatu level resistance. Dan, pada pola Triple Tops ini, pergerakan harga membentuk tiga puncak yang bisa dibilang memiliki tinggi (top) yang sama karena adanya resistance di area tersebut. Walaupun memang pada kenyataannya seringkali tops atau “puncak-puncak” yang terbentuk tidak selalu sama percis (tingginya), namun seperti yang dikemukakan Elaine Yager, Direktur sebuah perusahaan investasi di Amerika, bahwasannya jika ketiga puncak yang terbentuk masih dalam area yang berdekatan, maka keadaan seperti itu dapat dikatakan memenuhi kriteria sebuah pola Triple Tops. Pola yang satu ini merupakan turunan dari pola Head and Shoulders dan termasuk ke dalam golongan pola yang langka. Dengan kata lain pola ini sangat jarang ditemui di dalam charts pergerakan harga.


Gambar di atas adalah gambaran umum tentang pola Triple Tops. Terlihat bagaimana besarnya upaya harga dalam menguji level resistance pada gambar tersebut. Gagalnya upaya harga yang pertama kali (A) akan mengakibatkan terjadinya pergerakan korektif dan akan menciptakan sebuah support (dapat juga disebut neckline) ketika pergerakan korektif tersebut berakhir (B). Harga yang kembali memantul ke atas pasca berakhirnya pergerakan korektif tadi kemungkinan besar akan tertahan kembali dan dipantulkan lagi oleh resistance (C). Setelah gagal pada upayanya yang kedua tersebut, harga akan mulai menguji level support yang terbentuk berdasarkan lembah sebelumnya, yaitu titik B. 

Jika support gagal ditembus, harga dipastikan akan mendekat kembali ke level resistance (E). Namun, jika support tadi tertembus, maka yang terjadi adalah harga hanya membentuk dua buah puncak atau disebut dengan pola Double Tops (akan dibahas pada bahasan selanjutnya). Seperti yang kita ketahui bahwa resistance yang sering diuji dan gagal ditembus merupakan resistance dengan katagori strong (strong resistance). Pada contoh ini harga telah menguji resistance sebanyak dua kali dan gagal menembus sebelum membentuk top 3 (E). 

Sebagaimana mestinya, ketika berhadapan dengan sebuah strong resistance harga cenderung akan tertahan dan kembali memantul ke level support, seperti yang digambarkan pada puncak E. Ketika telah tercipta tiga puncak yang tingginya (relatif) sama, support yang ada akan menjadi ujian terakhir bagi harga. Pada kondisi ini harga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menembus support tersebut karena memang pada kenyataannya jarang sekali (bahkan tidak ada) statistik yang menunjukkan harga membentuk suatu puncak hingga sebanyak empat kali. Artinya, dapat dipastikan atau paling tidak sangat besar kemungkinannya harga akan menembus level support yang juga sebagai neckline tersebut.

Sesuai dengan kategorinya sebagai Reversal Chart Pattern, Triple Tops memiliki akurasi yang cukup tinggi atas sinyal reversal. Harga dipastikan akan berpaling dari trend bullish menjadi bearish selama beberapa waktu. Kisaran waktunya memang tidak bisa dipastikan, namun seperti yang kita tahu sebuah trend bisa berlangsung paling singkat dua minggu sampai dengan enam minggu. Mengenai targetannya pun Triple Tops dapat mengadopsi metode proyeksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Berikut contohnya:


Dan berikut contoh empiris dari pola Triple Tops pada mata uang USDCHF (US$ vs Swiss Franc):
 
Pola Triple Tops pada pasangan mata uang US dollar – Swiss franc.


Perlu saya perjelas bahwa penarikan garis leher (neckline) pada pola ini sangat bergantung pada subjektivitas seseorang. Namun, beberapa pakar menyarankan untuk lebih mengutamakan menarik garis horizontal dari lembah yang terbentuk setelah “top 1” (titik B pada Gambar 9.) sebagai neckline. Hal ini berlaku tidak hanya pada pola Triple Tops, melainkan pula pada pola “Tops” lainnya dan bahkan pada pola “Bottoms”. Meskipun demikian, tak jarang trader yang menarik neckline berdasarkan lembah-lembah yang terbentuk. Saya tidak bisa menyarankan untuk memilih salah satunya. Tapi, lagi-lagi, silahkan Anda kenali karakter diri terlebih dahulu. Jam terbang akan secara otomatis mengajari Anda.

Triple Bottoms

Triple Bottoms adalah kebalikan dari Triple Tops. Bedanya adalah pada pola ini trend yang mengawalinya haruslah selalu bearish. Jika tidak, maka patut untuk diragukan validitasnya. Kebalikan dari Triple Tops, Triple Bottoms membentuk tiga buah lembah yang posisinya berada di dasar sebuah trend bearish. Sama seperti Triple Tops, pola ini mengindikasikan adanya sinyal reversal dari bearish menjadi bullish. Pola yang merupakan turunan dari Inverted Head and Shoulders ini pun termasuk ke dalam golongan pola langka yang sangat jarang ditemui dalam charts.




Cara menentukan garis resistance pada pola ini pun beraneka ragam, namun secara umum resistance ditentukan dengan menarik garis mendatar (horizontal) pada titik tertinggi di antara lembah A dan C. Target pada pola ini juga dapat ditentukan dengan memproyeksikan jarak vertikal pada titik terendah pada lembah dengan resistance / neckline.




Berikut contoh Triple Bottoms yang terlihat pada mata uang USD/CAD (US dollar vs Canada dollar):

Pola Triple Bottoms terlihat pada $USDCAD dilihat dari timeframe satu jaman (hourly).

Double Tops

Pola turunan dari Pola Triple Tops ini adalah pola yang memiliki dua buah puncak (top) pada pembentukannya dan mengindikasikan sinyal reversal dari bullish menjadi bearish. Idealnya, puncak-puncak yang terbentuk pada pola ini memiliki ketinggian yang sama. Namun, seperti yang dikatakan Elaine Yager, meskipun memiliki ketinggian yang berbeda, asalkan masih pada area yang berdekatan, suatu pola dapat dikatakan terbentuk. Meskipun demikian, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, konfirmasi lebih lanjut atas validasi suatu pola—khususnya Double Tops—adalah pada penembusan area support dan resistancenya yang dalam hal ini tidak bukan adalah neckline*.

*Ditegaskan dengan kata “dalam hal ini” karena tidak semua pola dalam Chart Patterns memiliki neckline. Beberapa pola hanya mengacu pada support dan resistance yang terbentuk dengan khasnya masing-masing.

Sama halnya dengan pola “Tops” lainnya, Double Tops haruslah diawali dengan pergerakan up-trending baru bisa dikatakan valid. Jika dibandingkan dengan pola-pola “Triple”, statistik untuk pola-pola “Double” lebih banyak jumlahnya. Dengan kata lain, pola-pola Double lebih sering ditemui dalam charts. Masih menurut Thomas N. Bulkowski, terdapat 454 formasi Double Tops yang terbentuk dalam periode tahun 1991-1996. Sebanyak 341 merupakan sinyal reversal, dan 113 lainnya adalah sinyal konsolidasi. Itu artinya, Double Tops pun dapat dikatakan pola dengan tingkat kegagalan (failure rate) yang cukup rendah, yaitu sekitar 16-17%. (Sedikit lebih tinggi dibandingkan pola-pola Triple yang memiliki failure rate hanya sebesar 6-7%).


Namun, dikarenakan intensitasnya yang cukup sering ditemui dalam charts, pola “Double”khususnya Double Tops seringkali mengecoh para trader; bukannya reversal, yang terjadi malah harga melanjutkan trend sebelumnya (seperti pada Gambar 15.). Maka dari itu, untuk menghindari jebakan (traps) semacam ini, jangan sekali-kali Anda masuk dalam posisi yang prematur atau posisi yang belum meyakinkan validasinya.



Konfirmasi validasi pada Double Tops haruslah menunggu support yang terbentuk dari lembah (B) tertembus. Ini dapat meminimalisir resiko yang ada seperti kejadian di paragraf sebelumnya. Target yang dapat dicapai pun dapat kita perkirakan dengan metode proyeksi, yaitu dengan memproyeksikan jarak vertikal titik puncak dengan support / neckline.


Berikut saya paparkan contoh pola Double Tops yang terlihat pada mata uang USD/CAD:

Pola Double Tops pada USDCAD dilihat dari timeframe H1 (hourly).

Selain pada $USDCAD, pola Double Tops juga sering ditemui pada “Major Pair“, seperti $EUR/USD:

Double Tops pada EUR/USD pertengahan tahun 2008 dilihat dengan timeframe D1 (harian/daily).

Double Bottoms

Double Bottoms adalah turunan dari pola Triple Bottoms. Pola ini termasuk ke dalam katagori pola reversal karena mengindikasikan adanya perubahan arah trend dari bearish menjadi bullish. Sesuai dengan namanya, pola ini membentuk dua buah lembah pada “dasarnya” dan menggunakan resistance sebagai neckline untuk acuan validasinya. Mengenai hal lainnya, rasanya tidak perlu lagi Saya jabarkan karena apa yang ada pada Double Bottoms kurang lebih sama dengan Double Tops. 

Yang membedakan hanyalah posisinya yang menghadap ke bawah karena didahului oleh pergerakan down-trending. Ingat! Selalulah perhatikan trend yang mengawalinya. Perhatikan gambar di bawah:



Seperti biasa, mengenai targetnya pun pola Double Bottoms dapat mengadopsi metode proyeksi jarak vertikal antara head dengan neckline yang ada. Seperti pada gambar di bawah ini:


Dan berikut salah satu contoh pola Double Bottoms yang terlihat pada chart:

Double Bottoms yang terlihat di charts $EURUSD pertengahan tahun 2001, dilihat dari timeframe D1 (daily charts).


Read more ...
Published, October 2015 By Catatan Forex